Forum Indo Kambo – Ketegangan lama kembali muncul awal Juni 2025 menandai kembalinya ketegangan antara dua negara Asia Tenggara—Thailand dan Kamboja—yang bersengketa di wilayah perbatasan. Insiden baku tembak pada akhir Mei memicu reaksi militer dari kedua belah pihak, menyebabkan kekhawatiran regional yang luas. Sengketa ini tak hanya menyangkut batas teritorial, tetapi juga menyimpan dinamika politik, sejarah kolonial, dan pertarungan kepentingan nasional.
Kronologi konflik perbatasan Thailand Kamboja : Dari Insiden Hingga Pergerakan Pasukan
Pada 28 Mei 2025, bentrokan singkat terjadi di perbatasan antara Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand) dan Provinsi Preah Vihear (Kamboja). Laporan menyebutkan bahwa seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden tersebut. Kedua pihak saling menuduh sebagai pemicu konflik, meskipun kawasan itu memang sudah lama menjadi sumber ketegangan karena klaim wilayah yang tumpang tindih.
Setelah insiden tersebut, Thailand mengerahkan pasukan tambahan ke zona sengketa dan mengumumkan bahwa mereka hanya mempertahankan wilayah sahnya. Sementara itu, Kamboja bersikukuh bahwa mereka hanya menjaga wilayah yang telah mereka kuasai selama bertahun-tahun. Ketegangan pun meningkat seiring hadirnya pasukan bersenjata dari kedua negara di sekitar perbatasan.
️ Diplomasi dan Upaya Meredam Ketegangan
Meski ketegangan meningkat, upaya diplomatik tidak terhenti. Pada 29 Mei, militer kedua negara mengadakan dialog awal. Namun, hasilnya belum signifikan. Pada 5 Juni, negosiasi lanjutan digelar, dan meskipun belum menghasilkan kesepakatan menyeluruh, ada komitmen untuk menahan diri.
Puncaknya, pada 8 Juni, kedua negara menyepakati penarikan pasukan kembali ke posisi yang telah ditentukan dalam perjanjian sebelumnya. Meski demikian, kepercayaan publik dan investor terhadap stabilitas kawasan tetap goyah.
⚖️ Sengketa Hukum dan Peran Mahkamah Internasional
Konflik ini membuka kembali diskusi hukum internasional yang melibatkan Mahkamah Internasional (ICJ). Kamboja telah menyampaikan niatnya untuk membawa beberapa titik sengketa perbatasan ke ICJ, termasuk wilayah di sekitar Candi Preah Vihear. Thailand, di sisi lain, belum menunjukkan kesediaan untuk menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum internasional.
Jika Kamboja berhasil mendapatkan dukungan dari ICJ, ini bisa menjadi tonggak penting dalam upaya penyelesaian permanen. Namun, jika Thailand menolak yurisdiksi, proses penyelesaian bisa kembali berlarut-larut.
Politik Dalam Negeri dan Pengaruh Konflik
Situasi ini tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik dalam negeri kedua negara. Di Thailand, pemerintahan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra sedang menghadapi tekanan akibat situasi ekonomi yang memburuk dan perselisihan hukum politik yang masih berlangsung. Konflik ini justru dimanfaatkan oleh kelompok oposisi dan nasionalis untuk mengkritik pemerintahan yang dianggap lemah dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Sementara di Kamboja, Perdana Menteri Hun Manet juga sedang mencari legitimasi kepemimpinan di tengah transisi pasca pemerintahan ayahnya. Ia ingin membuktikan bahwa pemerintahannya tegas dalam mempertahankan integritas nasional. Konflik ini menjadi alat konsolidasi politik yang potensial di dalam negeri.
Dampak Regional dan Internasional
Konflik ini tak hanya berdampak pada dua negara yang terlibat langsung, tapi juga memengaruhi kawasan secara keseluruhan. Berikut beberapa dampak yang sudah mulai terlihat:
-
Pariwisata Terhambat
Penutupan perbatasan mengakibatkan ribuan wisatawan tertahan. Destinasi wisata populer seperti Preah Vihear dan wilayah timur laut Thailand kehilangan potensi pendapatan besar.
-
Perdagangan Lintas Negara Menurun
Arus barang dan jasa terganggu. Petani, pedagang kecil, dan eksportir lokal merasakan dampaknya secara langsung, terutama di wilayah perbatasan.
-
Stabilitas ASEAN Diuji
ASEAN sebagai organisasi kawasan dituntut untuk mengambil peran mediasi, namun prinsip non-intervensi sering menjadi hambatan utama.
-
Kekhawatiran Militerisasi
Meningkatnya jumlah pasukan di perbatasan memicu kekhawatiran akan potensi konflik terbuka yang lebih luas jika tidak segera diredam.
Prospek Penyelesaian
Untuk keluar dari ketegangan ini, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh kedua negara:
- Memperkuat Dialog Militer dan Sipil
Kontak rutin antar pejabat militer dan diplomatik bisa mencegah kesalahpahaman di lapangan. - Mendorong Peran ASEAN Sebagai Mediator
ASEAN dapat menjadi platform yang netral dan strategis untuk meredakan konflik. - Membuka Jalur Perdagangan dan Pariwisata Aman
Langkah ini diperlukan untuk mengurangi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat di perbatasan. - Transparansi dan Sosialisasi kepada Publik
Pemerintah harus membuka informasi dan menjelaskan situasi sebenarnya agar tidak menimbulkan keresahan sosial. - Menyusun Solusi Hukum yang Mengikat
Jika ICJ disepakati sebagai rujukan, maka hasil keputusannya harus dihormati kedua pihak demi masa depan yang damai.
Kesimpulan: Ketegangan Lama Kembali Muncul
Konflik perbatasan Thailand–Kamboja di tahun 2025 adalah peringatan bahwa warisan sejarah masih bisa menjadi pemicu ketegangan modern. Meskipun hanya terjadi di satu kawasan kecil, dampaknya terasa luas baik secara politik, ekonomi, maupun sosial. Masyarakat internasional, khususnya ASEAN, ditantang untuk menunjukkan peran konkret dalam menjaga stabilitas kawasan. Dialog yang terbuka, solusi hukum yang adil, dan kerja sama lintas batas adalah kunci untuk mencegah konflik serupa terulang di masa depan.